Gagasan bahwa Yesus tidak pernah
benar-benar mati muncul pada tulisan di abad ketujuh. Di situ dikatakan
bahwa Yesus melarikan diri ke India. Bahkan sampai saat ini terdapat
sebuah makam keramat yang dianggap makam Yesus di Srinagar, Kashmir.
Pada
permulaan abad ke-19, Karl Bahrdt, Karl Venturini, dan yang
lain-lainnya mencoba menjelaskan Kebangkitan dengan mengemukakan gagasan
bahwa Yesus hanya pingsan karena kepayahan di atas kayu salib, atau Ia
telah diberi obat yang membuatnya kelihatan mati, dan bahwa selanjutnya
Ia dihidupkan kembali oleh udara kubur yang sejuk dan lembab. Mereka
menjelaskan bahwa Yesus telah diberi suatu cairan di suatu bunga karang
ketika tergantung di atas salib (Markus 15:36) dan bahwa Pilatus
kelihatan terkejut akan betapa cepatnya Yesus mati (Markus 15:44).
Konsekuensinya,
kata mereka, pemunculan Yesus kembali bukanlah suatu kebangkitan
mukjizat, tetapi sekedar suatu kesadaran kembali yang kebetulan, dan
kubur-Nya kosong karena Ia masih terus hidup.
Apa yang sebenarnya
terjadi saat Penyaliban? Apa penyebab kematian Yesus? Adakah cara yang
mungkin bagi-Nya untuk bertahan hidup dari siksaan ini? Ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang dapat dibantu diselesaikan dengan bukti
medis.
Wawancara dengan Alexander Metherell, M.D., PH.D.
Metherell adalah seseorang dengan gelar medis dari University of Miami di Florida dan gelar doktor dalam bidang teknik dari University of Bristol di Inggris. Ia memperoleh sertifikat dalam diagnosis dari The American Board of Radiology dan menjadi konsultan bagi The National Heart, Lung, and Blood Institute of the National Institutes of Health of Bethesda, Maryland.
Metherell adalah mantan ilmuwan riset yang mengajar di The University of California, dan editor lima buku ilmiah dan telah membuat tulisan-tulisan yang diterbitkan mulai dari Aerospace Medicine sampai Scientific American. Analisis cerdasnya atas konstraksi muskular telah diterbitkan dalam The Physiologist dan Biophysics Journal. Ia berpenampilan sesuai dengan perannya sebagai seorang otoritas medis terkemuka.
Penyiksaan Sebelum Penyaliban
Dapatkah Anda melukiskan suatu gambaran tentang apa yang terjadi pada Yesus?Itu
dimulai setelah Perjamuan Terakhir. Yesus pergi dengan murid-murid-Nya
ke Taman Getsemani. Di sana Ia berdoa semalam-malaman. Nah, selama
proses itu Ia mengantisipasi datangnya peristiwa-peristiwa pada hari
berikutnya. Karena Ia mengetahui beratnya penderitaan yang akan Ia
pikul, sungguh wajar jika Ia mengalami tekanan psikologis yang sangat
besar.
Dalam Lukas 22:44
menceritakan bahwa Ia mulai meneteskan keringat darah pada keadaan ini.
Bukankah ini hanyalah imajinasi yang terlalu fiktif?Tidak sama sekali. Ini adalah suatu kondisi medis yang dikenal dengan hematidrosis.
Ini terjadi karena tekanan psikologis yang sangat tinggi. Kegelisahan
yang hebat menyebabkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan
kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi
pendarahan dalam kelenjar-kelenjar ini, dan keringat yang keluar
disertai dengan darah. Hal ini menyebabkan kulit menjadi amat sangat
rapuh ketika Yesus dicambuk oleh serdadu Roma keesokan harinya,
kulit-Nya menjadi amat sangat sensitif.
Pencambukan Roma dikenal
sangat brutal, biasanya terdiri dari 39 cambukan, tetapi seringkali
lebih banyak daripada itu, tergantung pada suasana hati Si Serdadu yang
melaksanakan pukulan. Si Serdadu akan menggunakan cemeti dari kepangan
tali kulit dengan bola-bola logam yang dijalin ke dalamnya. Ketika
cemeti itu menghantam daging, bola-bola ini akan menyebabkan memar atau
lebam yang dalam, yang akan pecah terbuka akibat pukulan selanjutnya.
Dan cemeti itu juga memiliki potongan-potongan duri tajam, yang akan
mengiris daging dengan hebat.
Punggung yang dipukul itu akan
menjadi tercabik-cabik, sehingga sebagian dari tulang belakang
kadangkala terlihat akibat irisan yang dalam, sangat dalam. Pencemetian
itu akan ditimpakan ke segala arah: dari bahu turun ke punggung, pantat,
dan bagian belakang kaki. Itu akan sangat mengerikan.
Selagi
pencambukan berlanjut, luka koyakan akan tercabik sampai ke otot-otot
kerangka di bawahnya dan menghasilkan goresan-goresan daging berdarah
yang gemetar. Seorang sejarawan abad ketiga bernama Eusebius
menggambarkan pencambukan dengan mengatakan, "Pembuluh-pembuluh si
penderita terbuka telanjang, dan otot-otot, urat-urat, dan isi perut si
korban terlihat".
Banyak orang akan mati dari pemukulan semacam
ini, bahkan sebelum mereka disalibkan. Setidaknya, Si Korban akan
mengalami kesakitan hebat dan keguncangan karena efek-efek kehilangan
sejumlah besar darah (hipovolemik).
Ini mengakibatkan 4 hal:
1. Jantung berdetak cepat untuk mencoba memompa darah yang tidak ada di sana.
2. Tekanan darah turun, menyebabkan pingsan.
3. Ginjal berhenti menghasilkan urin untuk mempertahankan volume darah yang masih tinggal.
4. Orang itu menjadi sangat haus sewaktu tubuhnya sangat membutuhkan cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang.
Apakah Anda melihat bukti ini dari catatan-catatan Injil?Ya,
sangat pasti. Yesus berada dalam keguncangan karena kehilangan sejumlah
besar darah ketika Ia berjalan terhuyung-huyung ke lokasi hukuman mati
di Kalvari, memikul batang kayu salib yang horizontal. Akhirnya Yesus
tak sadarkan diri, dan serdadu Roma memerintahkan Simon untuk memikul
salib-Nya. Selanjutnya kita membaca bahwa Yesus berkata, 'Aku haus',
pada saat ketika sedikit cuka diberikan kepada-Nya.
Karena
efek-efek mengerikan dari pemukulan ini, sudah pasti Yesus berada dalam
kondisi kritis, bahkan sebelum paku-paku ditancapkan menembus kedua
tangan dan kaki-Nya.
Penderitaan Salib
Apa yang terjadi ketika Ia tiba di lokasi Penyaliban?Ia
akan dibaringkan, kedua tangan-Nya akan dipakukan dalam posisi
terentang ke batang kayu horizontal. Orang-orang Roma biasanya
menggunakan paku besar yang panjangnya 5 sampai 7 inci dan meruncing ke
suatu ujung yang tajam. Paku ini ditancapkan menembus pergelangan
tangan. Ini adalah posisi kokoh yang akan mengunci posisi tangan.
Dan
penting untuk dipahami bahwa paku itu akan menembus ke tempat di mana
urat syaraf tengah berada. Ini adalah urat syaraf terbesar yang menuju
ke tangan, dan itu akan diremukkan oleh paku yang diketokkan ke
dalamnya.
Kesakitan apa yang akan ditimbulkannya?Apakah
Anda pernah merasakan rasa sakit ketika Anda membenturkan siku Anda dan
memukul tulang ujung siku Anda? Itu sebenarnya urat syaraf lain,
disebut urat syaraf ulna. Akan
sangat menyakitkan bila tanpa sengaja Anda memukulnya. Yah, bayangkan
mengambil sebuah tang dan memeras dan meremukkan urat syaraf itu. Efek
itu akan mirip dengan apa yang Yesus alami. Kesakitannya sama sekali tak
tertahankan, secara harafiah itu di luar kata-kata untuk
menjelaskannya.
Pada keadaan seperti ini Yesus dinaikkan, selagi
balok salib dipasangkan ke tiang vertikal, dan kemudian paku-paku
ditancapkan menembus kedua kaki Yesus. Sekali lagi, urat syaraf di kedua
kaki-Nya akan remuk, dan di sana akan terasa jenis kesakitan yang sama.
Penyebab KematianPenyaliban pada intinya adalah kematian perlahan yang diakibatkan oleh asfiksiasi
(sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah). Alasannya adalah
bahwa tekanan-tekanan pada otot-otot dan diafragma membuat dada berada
pada posisi menarik nafas, agar dapat menghembuskan nafas, orang itu
harus mendorong kedua kakinya agar tekanan pada otot-otot dapat
dihilangkan untuk sesaat. Ketika melakukan itu, paku akan merobek kaki,
lalu akhirnya mengunci posisi terhadap tulang-tulang tumit kaki.
Setelah
dapat menarik nafas, orang itu kemudian akan dapat relaks dan menarik
nafas lagi. ekali lagi ia harus mendorong tubuhnya naik untuk
menghembuskan nafas, menggesekkan punggungnya yang berdarah ke kayu
salib yang kasar. Ini akan berlangsung terus dan terus sampai kepayahan,
dan orang itu tidak akan mampu mengangkat diri dan bernafas lagi.
Ketika
nafas orang itu semakin perlahan, ia mengalami apa yang disebut
asidosis pernafasan, karbondioksida dalam darah larut sebagai asam
karbonik, menyebabkan keasaman darah meningkat. Ini akhirnya
mengakibatkan detak jantung yang tidak teratur. Dengan jantung-Nya yang
berdetak tak menentu, Yesus berada dalam saat-saat kematian-Nya, yakni
ketika Ia berkata, "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku".
Kemudian Ia mati akibat berhentinya detak jantung.
Bahkan sebelum
Ia mati, keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah akan
menyebabkan jantung berdebar kencang terus-menerus, yang akan
menyebabkan: kegagalan jantung serta terkumpulnya cairan dalam
membran-membran di sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru.
Mengapa hai ini penting?Karena
ketika serdadu Roma datang, dan hampir yakin bahwa Yesus telah mati,
mereka menegaskannya dengan menusukkan sebuah tombak ke pinggang
kanan-Nya. Tombak itu menembus paru-paru kanan dan ke jantung, jadi
ketika tombak itu ditarik keluar, sejumlah cairan dalam membran-membran
sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru keluar. Ini akan terlihat
sebagai cairan jernih, seperti air, diikuti dengan banyak darah, seperti
yang dijelaskan saksi mata Yohanes dalam Injilnya (Yohanes 19:34).
Tulang-tulang-Nya Tidak Dipatahkan
Injil-injil berkata bahwa para serdadu mematahkan kaki kedua penjahat yang disalibkan Yesus. Mengapa mereka melakukan itu?Mereka
ingin mempercepat kematian, dan dengan datangnya hari Sabat dan Paskah,
para pemimpin Yahudi tentunya ingin segera mengakhiri ini sebelum
matahari tenggelam. Serdadu-serdadu Roma akan menggunakan gagang baja
dari tombak Roma untuk menghancurkan tulang-tulang kaki bagian bawah Si
Korban. Ini akan mencegahnya dari mengangkat diri dengan kakinya,
sehingga dapat bernafas, dan kematian akibat sesak nafas kekurangan
oksigen dalam darah akan terjadi dalam beberapa menit.
Perjanjian
Baru menjelaskan kepada kita bahwa kaki-kaki Yesus tidak dipatahkah
karena para serdadu telah menyatakan bahwa Ia telah mati, dan mereka
hanya menggunakan tombak untuk memastikannya. Ini menggenapi Perjanjian
Lama tentang Mesias, yaitu bahwa tulang-tulang-Nya tidak akan dipatahkan
(Mazmur 34:21).
Para serdadu
Roma adalah orang yang tidak ahli dalam hal pengobatan/medis, apakah
pernyataan mereka tentang kematian Yesus dapat dipercaya?Para
serdadu Roma memang tidak pergi ke sekolah medis/pengobatan. Tetapi
ingat, mereka adalah ahli dalam membunuh orang karena itu adalah tugas
mereka, dan mereka melakukannya dengan baik. Mereka tahu tanpa keraguan
sedikitpun kapan seseorang mati, dan itu tidak sulit untuk
mengetahuinya.
Disamping itu, jika seorang tahanan berhasil
melarikan diri, serdadu-serdadu yang bertanggung jawab itu sendiri akan
dibunuh, jadi mereka memiliki dorongan besar untuk memastikan bahwa
setiap korban telah mati ketika ia diturunkan dari salib.
Argumen Terakhir
Adakah cara apapun yang memungkinkan Yesus bisa bertahan hidup dari penderitaan salib ini?Sama
sekali tidak ada. Ingatlah bahwa Ia sudah berada dalam keguncangan
akibat kehilangan banyak darah, bahkan sebelum penyaliban dimulai. Ia
tidak mungkin mempura-purakan kematian-Nya, karena Anda tidak mungkin
mempura-purakan ketidakmampuan bernafas untuk waktu yang lama. Disamping
itu, tombak yang dihunjamkan ke jantungnya akan menetapkan
kematian-Nya. Dan serdadu-serdadu Roma tidak akan mengambil resiko
kematian sendiri dengan membiarkan-Nya pergi dalam keadaan hidup.
Jadi
bila seseorang mengajukan gagasan kepada Anda bahwa Yesus sekedar
pingsan di atas kayu salib, akan saya beritahu bahwa itu tidak mungkin.
Itu adalah khayalan tanpa dasar.
Pertanyaan Bagi Hati
Yesus
dengan sengaja melangkah ke dalam tangan-tangan lawan-Nya. Ia tidak
menolak penangkapan. Ia tidak mempertahankan diri-Nya saat persidangan.
Jelas bahwa Ia bersedia mengajukan diri-Nya untuk mengalami penyaliban,
suatu bentuk penyiksaaan yang memalukan dan memilukan. Apa yang mungkin
memotivasi seseorang untuk bersedia menanggung penghukuman semacam ini?Yesus
tahu apa yang akan terjadi, dan Ia bersedia melewati semuanya itu,
karena itu merupakan satu-satunya cara Ia dapat menebus kita, dengan
menjadi pengganti kita dan menanggung hukuman maut yang layak kita
terima karena pemberontakan kita terhadap Tuhan. Itu merupakan misi-Nya
yang sepenuhnya ketika Ia datang ke bumi.
Jadi bila Anda bertanya apa yang memotivasi Dia, jawabannya dapat diringkas dalam satu kata, yaitu KASIH.
KesimpulanYesus
tidak mungkin bertahan hidup dari siksaan salib, suatu bentuk kekejian
yang begitu keji, sehingga orang-orang Roma membebaskan warga negara
mereka sendiri dari itu, kecuali untuk kasus-kasus pengkhianatan besar.
Kesimpulan-kesimpulan
Metherell konsisten dengan penemuan dokter-dokter lain yang dengan
teliti mempelajari hal ini. Di antara mereka adalah Dr. William D.
Edwards, yang artikelnya pada tahun 1986, dalam The Journal of the America Medical Association
menyimpulkan, "Jelas, bobot bukti historis dan medis menunjukkan Yesus
telah mati sebelum pinggangnya dilukai.... Sesuai dengan itu,
penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada asumsi bahwa Yesus tidak mati
di atas salib bertentangan dengan pengetahuan medis modern".
Untuk direnungkan
Di
hadapan Allah, Saudara adalah orang yang berdosa yang harus menghadap
pengadilan Allah dan harus menerima hukuman kekal karena dosa-dosa yang
Saudara lakukan. Saudara tidak bisa menyelamatkan diri Saudara sendiri.
Yesus
telah menanggung hukuman dosa yang seharusnya Saudara terima. Ia telah
menerima hukuman yang seharusnya Saudara tanggung. Jika Saudara menerima
penggantian hukuman ini, Saudara bisa selamat dari hukuman Tuhan.
Maukah Saudara menerima penggantian hukuman ini?
Maukah Saudara menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan?
Home »
sejarah ktistus
» Apakah Yesus Benar-benar Mati?
Apakah Yesus Benar-benar Mati?
Posted by Unknown
Posted on 04:17
with No comments
Etikette:
sejarah ktistus
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking