BAB I
Pendahuluan
A.Pengertian
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), adat diartikan sebagai
1.Aturan/perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala?
2.Cara/kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan
3.Wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma
hukum, dan aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu
sistem
Sedangkan dalam Ensiklopedia Indonesia, adat adalah sesuatu yang
dikenal, diketahui dan diulang-ulang serta menjadi kebiasaan di dalam
masyarakat. Adat juga sering disebut sebagai tradisi masyarakat setempat
yang terus dilakukan secara continue. Dari pengertian di atas, dapat
dilihat bahwa adat merupakan bagian dari kehidupan orang yang
melakukannya karena telah ada sejak lama dan bahkan dilahirkan dalam
tradisi atau adat tersebut.
Sejauh definisi di atas, adat tidak bermasalah, dan ternyata melalui
pengertian yang telah diutarakan diatas, maka adat istiadat merupakan
ciri khas suatu daerah yang melekat sejak dahulu kala dalam diri
masyarakat yang melakukannya.
Namun pertanyaanya adalah, bagaimana jika orang tersebut telah menjadi
percaya kepada Tuhan Yesus? Apakah adat ditiadakan atau adat di jalankan
bersama-sama atau bagaimana. Menurut hemat penulis, hal ini serius
untuk dipikirkan, terutama masyarakat Nias yang kental dengan adat
istiadat. Untuk menjawab pertanyaan ini tentu sebagai orang percaya,
penulis akan menjawab dan menganalisisnya dalam perspekti Alkitab.
B.Macam-macam Adat
1.Adat yang Sebenarnya Adat
Adalah adat yang tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan, dipindah
tidak layu, dibasuh habis air. Artinya, semua ketetapan yang ada di alam
ini memiliki sifat-sifat yang tak akan berubah, contohnya hutan gundul
menjadi penyebab banjir, kejahatan pasti akan mendapat hukuman, kebaikan
akan membuahkan kebahagiaan, dan seterusnya.
2.Adat yang Diadatkan
Ialah semua ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat.
Ketentuan-ketentuan ini dikodifikasikan oleh Datuk Nan Duo berdasarkan
sifat benda-benda di alam. Gunanya untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat dalam hal ketertiban, perekonomian, dan sosial budaya.
3.Adat yang Teradat
Yaitu aturan yang terbentuk berdasarkan musyawarah. Setiap kelompok
masyarakat memiliki aturan dan tata cara yang berbeda dengan kelompok
masyarakat lainnya.
4. Adat-Istiadat
merupakan kebiasaan atau kesukaan masyarakat setempat ketika
melaksanakan pesta, berkesenian, hiburan, berpakaian, olah raga, dsb.
C.Adat Bagi Masyarakatnya
Bagi masyarakat yang menganut suatu adat, adat itu merupakan harga mati,
sesuatu yang harus dipegang kuat-kuat dan terus dilakukan/dilestarikan.
Sehingga dalam hal ini adat merupakan identitas yang tidak bisa
diganggu-gugat. Masyarakat rela mati demi mempertahankan dan
memperjuangakan adat istiadatnya.
BAB II
ADAT DALAM PERSPEKTIF KRISTEN
A.Sikap Orang Kristen Terhadap Adat
Penulis tidak setuju jika orang Kristen meniadakan adat istiadat, tetapi
penulis juga tidak setuju jika orang Kristen menelan/menerima semua
adat istiadat yang ada tanpa kajian Alkitab.
Alkitab tidak melarang orang untuk beradat istiadat atau menganut suatu
adat yang telah ada. Tidak ada satupu bagian di dalam Alkitab yang
melarang orang percaya untuk tidak menganut adat apa dan manapun.
Artinya bahwa, Alkitab memberi luang kepada orang percaya untuk
menghargai adat dan menggunakan adat. Namun pertanyaanya apakah semua
adat? Penulis jawab TIDAK!
B.Adat dalam Pandangan Yesus
Apakah Yesus anti adat? Tentu tidak, Yesus bukan anti adat, Yesus juga
adalah manusia yang menghargai adat. (perlu diketahui bahwa Yesus adalah
100% Allah dan 100% manusia). Dalam natur-Nya sebagai manusia, Yesus
menghargai adat bahkan Dia turut ambil bagian dari adat (adat Yahudi),
misalnya Dia disunat.
Akan tetapi ternyata Yesus punya pandangan yang luar biasa terhadap
adat, Yesus tidak setuju jika adat tersebut menjadi yang utama
dibandingkan dengan firman Tuhan. Dalam Matius 15:3, Tuhan Yesus memberi
jawab kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat, “Mengapa kamupun
melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” Yesus
dengan sangat tegas mengecam orang Yahudi yang sangat memelihara adat
istiadat nenek moyang tetapi melanggar firman Tuhan.
Jelas hal ini tidak boleh terjadi di dalam kekristenan, orang Kristen
tidak boleh melanggar ketetapan firman Tuhan karena lebih mementingkan
adat istiadat. Tuntutan Alkitab bahwa setelah seseorang bertobat dan
percaya Tuhan Yesus maka kita harus meninggalkan dosa. Sehingga jikalau
di dalam adat istiadat ada hal-hal yang bisa mendorong orang untuk
berbuat dosa/berpotensi melawan Alkitab – baik secara eksplisit maupun
secara implisit –, maka lebih baik bagi kita sebagai orang Kristen untuk
tidak melakukan adat istiadat tersebut.
C.Nasihat Paulus Terhadap Bahayanya Adat Istiadat
Kolose 2:8 “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan
filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan
roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”.
Dalam bagian ini, Paulus tidak sedang menasihati orang percaya terhadap
bahaya filsafat (disiplin ilmu), tetapi dinisi Paulus menasihati supaya
berhati-hati dengan ajaran turun temurun – adat istiadat – (lihat
definisi adat di bab I). Paulus disini berbicara masalah kebiasaan yang
telah diajarkan secara turun temurun, yaitu adat istiadat. Bagi Paulus,
adat istiadat nenek moyang yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus dan
yang tidak memuliakan Kristus adalah salah dan tidak boleh dilakukan
oleh orang Percaya.
Tuhan Yesus dan Paulus punya perspektif yang sama tentang adat, secara
implisit, Tuhan Yesus dan Paulus setuju bahwa selagi adat tersebut
sesuai dengan ajaran Alkitab, paling tidak tidak bertantangan dengan
Alkitab maka adat itu tidak jadi masalah. Secara eksplisit Tuhan Yesus
dan Paulus mengecam orang yang:
1.Mengutamakan adat dari pada firman Tuhan
2.Menganut adat, akan tetapi tidak menurut Kristus/tidak sesuai ajaran Kristus/Alkitab
D.Contoh Adat Nias Yang Tidak Boleh dilakukan Oleh Orang Percaya Nias
Penulis akan memberikan beberapa contoh adat istiadat (khususnya adat
istiadat yang ada di Nias) yang melanggar kebenaran firman Tuhan dan
yang tidak sesuia dengan kebenaran firman Tuhan (atau paling tidk
berpotensi membuat orang berdosa di hadapan Tuhan).
1.Penyembahan Kepada Arwah
Penyemabahn kepada arwah adalah salah satu adat istiada orang Nias yang
sampai sekarang dilakukan. Adat ini adalah suatu kepercayaan kepada roh
orang yang telah meninggal. Orang Nias percaya bahwa, roh orang tua,
nenek moyang, anak dan saudara masih bisa bertemu dengan orang yang
masih hidup, maskipun tidak terlihat. Sehingga sering kali berdoa kepada
arwah, misalnya meminta berkat, meminta kesembuhan. Kepercayaan
terhadap arwah ini telah menjadi adat (kebiasaan/perilaku yang terus
menerus dilaksanakan oleh masyarakat Nias)
Tentu adat ini melanggar firman Tuhan, sebab dalam Alkitab yang dapat
memberi berkat dan kesembuhan adalah hanya Tuhan, dan tidak boleh ada
allah dan kepercayaan lain selain Tuhan Allah. Sebagaimana yang
dituliskan dalam Alkitab “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit
di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,
sebab Aku, TUHAN, Allahm (Keluaran 20:3-5a)
Sangat jelas bahwa, kepercayaan yang telah menjadi tradisi ini – adat
istiadat – sungguh melanggar firman Tuhan, sebab dalam iman Kristen
orang yang telah meninggal tidak ada hubungannya lagi dengan orang yang
masih hidup. Orang yang telah meninggal rohnya tidak lagi
bergentayangan. Tradisi seperti ini tentu sangat tidak teologis, justru
salah dan membuat rang berdosa menyembah berhala. Penyembahan berhala,
bukan hanya menyembah patung, tetapi dari Keluaran 20:3-5a di atas jelas
bahwa, penyembahan berhala itu adalah suatu aktivitas umat Tuhan yang
menomorduakan Tuhan, menduakan Tuhan dan mensejajarkan Tuhan dengan yang
lain, – dalam hal ini Tuhan disejajarkan dengan arwah.
2.Fatome: Waktu Tertentu, Pesta Nikah dsb
Fatome adalah suatu adat Nias yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu,
misalnya pada zaman dahulu kala orang Nias mencari nama adat atas
dirinya dari para sesepuh dan masyarakat, atau juga mengembalikan
makanan (babi) yang pernah diberikan kepadanya. Kegiatan ini juga dapat
dilakukan waktu pesta nikah. Dalam adat ini, pembuat pesta membunuh babi
sebanyak-banyaknya dan itu dianggap sebuah kehormatan yang sangat besar
yang mendatangkan nama baik dan juga menunjukkan kepada masyrakat
kemampaun ekonomi orang tersebut.
Lalu Apa Masalahnya?
Secara sepintas, tidak ada masalah dalm adat ini, akan tetapi jika
dikaji lebih dalam dan dari berbagai aspek, ternyata, adat ini sangat
berbahaya bagi orang kristen.
1.Bahaya Adat IstiadatFatome
Tujuan pesta fatome adalah mencari nama dan menunjukkan bahwa orang
tersebut adalah orang luar biasa dan mampu. Bagi masyarakat Nias di
zaman dulu (maupun zaman sekarang), fatome adalah suatu momen yang
ditunggu-tunggu dan dipersiapkan sedemikian rupa. Bermacam-macam
mempersiapkan adat tersebut, tentu mempersiapkan beberapa babi yang
besar (dalam bahasa Nias bagian Selatan disebut sinuturu), sinuturu ini
harus lebih besar dari yang lain, ini untuk kebanggan orang yang fatome.
Semakin besar sinuturunya semakin besar kebanggan t orang tersebut bagi
sesepuh dan masyarakat.
Dalam perspektif masyarakat Nias, kegiatan fatome adalah sebuah pesta
yang baik di mata masyarakat, dan bagi masyarakat Nias itu tidak
masalah. Namun pertanyaanya adalah dengan pesta yang seperti ini apakah
sesuai dengan firman Tuhan? Apa yang salah dalam pesta fatome ini?
Karena artikel ini di buat dalam perspektif Kristen yang berdasarkan
Alkitab, maka adat fatome ini harus dilihat dilama perspektis Alkitab.
Dalam pesta fatome, jika direnungkan dan di analisis maka tersirat yang
namanya kesombongan, antroposentris (berpusat pad manusia), dan
humanisme (mengagungkan manusia). Apa kata Alkitab? Kejadian 11:1-9,
menceritakan sebuah peristiwa – kira-kira 1000 tahun setelah air bah
melanda bumi krena keberdosaan manusia – bahwa manusia penduduk bumi
ingin membangun sebuah kota dengan menara punvcaknya sampai ke langit.
Tujuan pembuatan kota dan menara tersebutadalah:
a.Supaya manusia tidak tercerai berai
b.Manusia mencari nama
c.Ada indikasi melindungi diri dari ancaman air bah selanjutanya
Tiga tujuan manusia membangun kota dan menara tersebut di atas melnggar
firman Tuhan, pertama supaya manusia tidak cerai berai – sementara Tuhan
berfirman supaya mansia beranak cucu dan bertambah banyan memenuhi bumi
(Kejadian 1:28, 9:1,7). Kedua, manusia mencari nama (ini adalah sikap
kesombongan manusia di hadapan Allah) dan bagian ini berhubungan
langsung dengan adat Nias Fatomesa dimana orang yang fatome mencari nama
adat. Ketiga, yaitu indikasi melindungi diri dari ancaman air bah –
tentu ini menunjukkan ketidak percayaan kepada Allah, sebab Allah telah
berfirman kepada Nuh bahwa tidak menghukum bumi dengan cara yang sama
(Kejadian 9:11), dosa kedua dalam bagian ini adalah keyakinan manusia
terhadap dirinya sendiri untuk menyelamatkan diri sendiri.
Dan ternyata, perbuatan manusia dalam perikop ini, Alkitab mengatakan
bahwa Tuhan menghukum manusia dengan mengacaukan bahasa mereka karena
manusia itu mau membangun kota dan menara yang puncaknya sampai ke
langit. Tujuan orang ini membangun kota tersebut adalah untuk mencari
nama. Karena hal itulah Tuhan menghukum mereka. Semua tindakan manusia
dalam bagian ini melawan Tuhan dan memberontak kepada Tuhan, dan hal itu
Tuhan tidak suka. Bagaimana dengan orang percaya (khususnya masyarakat
Nias dalam kaitannya dengan adat iatiadat yang bertentangan dengan atau
yang berindikasi melawan dan sombong di hadapan Tuhan?) menurut hemat
penulis, saatnya masyaraka Nias memikirkan hal ini.
2.Bahaya dalam Pesta Nikah
Menikah adalah penggenapan firman Tuhan untuk beranak cucu dan memenuhi
bumi. Tentu dalam pernikannya ini tidak ada persoalan, namun
persoalannya dimana? Menurut hemat penulis persoalan dalam pesta nikah
terletak pada perspektif yang telah menjadi tradisi.
Namun perlu penulis tegaskan bahwa tidak semua perspektif dalam
pernikahan masyarakat Nias keliru, akan tetapi ada perspektif yang
memang berindikasi keliru dalam ukuran iman Kristen. Beberapa perspektif
yang penulis anggap tidak sesuia dengan Alkitab:
a.Dalam Perayaan (resepsi)
Sepintas tidak ada yang salah dalam resepsi pernikan masyarakat Nias,
akan tetap jika dikaji ulang motif perayaan itu ternyata bermasalah.
Penulis melakukan bincang-bincang kepada tokoh adat di desa penulis
sendiri tat kala ada pesta nikah pada bulan November 2011, dan juga
langsung penulis bincang-bicang kepada orang yang punya pesta. Penulis
mengajukan pertanyaan: mengapa di pesta nikah ini babinya cukup 2-3 ekor
aja yang dibunuh, kan eman, bisa dijual untuk bayar utang, yang penting
tamu bisa makan, dan juga urusan catatan sipil dan keagamaan beres, kan
sudah cukup? (karena pada waktu itu orang yang punya pesta mengadakan
kongsi mengumpulkan uang, tapi yang membuat pesta harus memberi bagian
(babi) kepada teman-teman kongsinya, bagian (babi) ini ditakar, sehingga
tidak cukup 2-3 ekor, harus belasan ekor. Nah ternyata dalam
perhitungan penulis, biaya babi yang dibunuh untuk dimakan teman kongsi
jauh lebih besar dari pada uang yang terkumpul dari teman kongsi). Itu
sebabnya penulis menganggap adat tersebut pemborosan, karena tanpa
perhitungan untung, sementara tujuan kongsi mencari untung untuk bayar
utang.
Dalam diskusi penulis dengan tokoh adat dan orang yang punya pesta,
penulis mendapatkan perspektif yang salah dalam adat perayaan nikah,
yaitu dua-duanya menjawab:
1.Ini sudah tradisi/adat istiadat
2.Untuk mencari nama baik
Menurut hemat penulis dalam iman Kristen dua alasan tersebut adalah
keliru. Alasan pertama tentu keliru karena bukan lagi karena ucapan
syukur kepada Tuhan, tetapi demi adat. Seyogyanya, orang Kristen dalam
hal ini boleh melakukan pesta meriah namun dasar filosofinya adalah
ucapan syukur kepada Tuhan. Tradisi.adat istiadat merayakan pesta tidak
dihilangkan, akan tetapi dasar peespektifnya yang harus diubah, bukan
lagi karena itu adat/tradisi, tetapi sebagai ucapan syukur kepada Tuhan,
maka adat seperi ini dilestarikan. Alasan kedua secara eksplisit bahwa
orang yang berpesta mencari nama, agar di dipuji orang. Kekeliruan dalam
perspektif ini adalah adanya kesombongan yang tidak disadari di hadapan
Allah. Kesombongan dalam hal ini tidak disadari karena itu sudah
merupakan tradisi/adat istiadat mencari nama.
Dari kedua contoh adat yang telah penulis uraikan di atas, maka tampak
bahwa di dalam budaya masyarakat Nias ada hal-hal yang perlu dikaji, di
ubah dan diformulasikan ulang. Sebagaimana hal-hal yang membahayakan
menurut iman Kristen yang telah penulis sampaikan di atas.
BAB. III
MASYARAKAT NIAS DAN KEKRISTENAN
Menurut Wikipedia Indonesia, jumlah penduduk pulau Nias sekitar
700.000 orang lebih, dan mayoritas (80-90 %) bergama Kristen Protestan
dan Katholik. Masuknya kekristenan di pulau Nias sudah ratusan tahun.
Dari jumlah penduduk Nias yang mayoritas Kristen ini maka perlu ada
pemahaman baru mengenai hidup sebagai orang Kristen (pengikut Yesus
Kristus). Untuk itu, perlu ada pemahaman yang jelas mengenai sebutan
dalam status, antara orang/suku Nias Beragama Kristen atau Orang Kristen
Suku/orang Nias
A.Orang/suku Nias Beragama Kristen
Sebutan status mempengaruhi pola pikir dan aplikasi pola pikir dalam
kehidupan sehari-hari. Jika sebutan statu masyarakat Nias adalah
orang/suku Nias beragama Kristen, maka artinya adalah segala sesuatu
harus diukur dan berdasarkan filosofis orang/suku Nias. Pola pikir dan
pola hidup disesuaikan dengan tradisi/hukum-hukum yang ada di suku Nias.
Jadi dalam status seperti ini, kekristenan adalah nomor dua. Yang lebih
utama adalah apa kata hukum/adat atau tradisi Nias, bukan apa kata iman
Kristen yang berdasarkan Alkitab. Ukuran benar salahnya sesuatu adalah
menurut hukum dan adat istiadat suku Nias. Bertita Alkitab hanya sebagai
referensi saja dalam pola pikir dan pola hidup sehari-hari. Singkatnya
dalam status seperti ini yang ditonjolkan adalah hukum dan adat iatiada
suku Nias.
B.Orang Kristen Suku Nias
Status kedua ini beda jauh dengan status yang pertama. Status kedua
hal-hal Kristen yang menjadi utama. Dalam status ini yang menjadi dasar
filosofi dan pola pikir serta pola hidup adalah menurut hukum Kristen
itu sendiri – tentu apa yang dikatakan Alkitab.
Hukum atau adat istiadat suku Nias harus dipraktikan sesuai dengan hukum
(teologi) Kristen. Yang menjadi patokan dan ukuran untuk segala
sesuatunya adalah menurut hukum (teologi) Kristen.
Lalu, status masyarakat Nias yang mana? Masyarakat Nias saatnya mengerti
statusnya, sehingga dengan demikian tidak terjadi salah kaprah dan
sinkritisme. Seyogianya memahami statusnya secara benar supaya
masyarakat Nias menjadi masyarakat yang berbudi luhur dan bertaqwa di
hadapan Tuhan Yesus Kristus.
C.Kehidupan Orang Kristen
(I Korintus 3:23) “Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah”.
(Efesus 1:14) “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita
memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya”.
(I Petrus 2:9) “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang
rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”
Beberapa ayat di atas menunjukkan bahwa kita yang telah menjadi percaya
kepada Tuhan Yesus (orang Kristen) disebut sebagai milik kepunyaan
Allah, bukan lagi milik suku, adat istiadat atau milik siapa-siapa,
tetapi setiap orang Kristen itu adalah milik kepunyaan Allah. Juga
disebut sebagai anak-anak Allah dan ahli waris. (Roma 8:17) “Dan jika
kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya
orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan
menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita
bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia”.
Sungguh hebat dan luar biasa status kita di hadanpan Allah, yaitu kita
disebut sebagai milik Allah, anak Allah dan ahli waris. Mengapa hal ini
penting? Sebab dalam Alkitab dikatakan bahwa orang yang telah percaya
Yesus itu dibeli dengan darah yang mahal, yaitu darah Yesus Kristus
sendiri, sebagaimana yang dikatakan Alkitab (I Korintus 6:20) “Sebab
kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu
muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (I Korintus 7:23) “Kamu telah dibeli
dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi
hamba manusia”.
Kenapa harus dibayar, ada apa dengan manusia koq dibayar? Alkitab juga
menjawab pertanyaan ini bahwa manusia itu telah berdosa (Kejadian 3,
Roma 3:10-18,23) dan akibat dosa ini adalah maut, kematian kekal. Itu
sebabnya Tuhan Allah mengutus Yesus Kristus untuk menebus manusia
berdosa itu dari murka Allah (Yohanes 3:16). Alasan inilah Kristus
menebus kita sebagai anak-anak-Nya, umat pilihan-Nya. Jadi orang Kristen
itu telah dibeli oleh Tuhan Yesus, dan tentu secara otomatis menjadi
milik Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu, seyogianya pola pikir dan pola hidup orang Kristen
adalah seperti yang dimau oleh Pemiliknya, yaitu Kristus, bukan seperti
yang dimau menurut pikiran manusia dan adat istiadat. (sekali lagi dalam
hal ini, penulis tegaskan bahwa tidak bermaksud meniadakan adat
istiadat, tetapi bagaimana mempraktikan adat istiadat itu sesuai dengan
firman Tuhan).
D.Pola Hidup Orang Kristen=Identitas
Efesus 5:8
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang
di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang”
I Petrus 1:14
“Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu”
Efesus 4:22
“yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus
menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang
menyesatkan”
Efesus 4:24
“dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”.
Efesus 6:7
“dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia”.
Beberapa ayat di atas merupakan rujukan pola hidup/nasihat bagaimana
seharusnya hidup sebagai orang-orang yang telah menjadi milik
Kristus.Firmn Tuhan di atas menegaskan bahwa kita tidak hidup lagi
seturut dengan kehendak kita, adat kita, budaya kita, tetapi harus hidup
seturut dengan kehendak Tuhan, hukum dan aturan Tuhan.
Alkitab berkata bahwa kita adalah garam dan terang dunia (Matius
5:13-14). Ini yang menjadi ciri chas, keadaan khusus dan jati diri kita,
yaitu hidup seturut dengan kehendak Tuhan; menjadi garam dan terang dan
menjadi pemuji dan pemnyembah Tuhan Yesus Kristus.
Jadi, sebagai orang Kristen, identitas kita adalah terletak pada status
kita di hadapan Tuhan. Identitas kita bukan lagi adat istiadat kita,
bukan lagi budaya dan tradisi-tradisi kita. Kiranya hal ini menjadi
perenungan bagi setiap anak-anak Tuhan, secara khusus bagi masyarakat
Nias yang mayoritas agama Kristen (anak Tuhan).
E.Sikap Terhadap Adat Istiadat
Jika identitas bukan adat istiadat atau budaya, trus bagaimana sikap
orang Kristen terhadap adat istiadat. Senantiasa penulis tegaskan bahwa,
Alkitab bukan anti adat istiadat, orang Kristen pun juga seyogyanya
jangan anti adat istiadat. Akan tetapi adat itu harus ditempatkan di
tempat yang tepat.
Setelah menjadi orang Kristen/orang percaya (milik Kristus) maka seluruh
pola hidup dan pola pikir seturut dengan Kristus. Tuhan adalah di atas
segalanya, jika sesuatu hal berindikasi menomorduakan Tuhan seharunya
hal itu ditolak. Inilah yang menjadi ciri khs orang Kristen harus berani
menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.
Solusi:
a.Adat istiadat harus dihargai, dihormati dan dilestarikan
b.Namun adat istiadat yang bertentangan dengan iman Kristen harusnya di
kaji ulang dan ditolak bila perlu (contohnya seperti yang telah penulis
uraikan di atas)
c.Adat istiadat dipraktikan untuk memuliakan nama Tuhan, sebagai seni dan keunikan suatu daerah (dalam hal ini Pulau Nias)
BAB IV
KESIMPULAN
Dari apa yang telah penulis uraikan di atas, maka jelas bahwa
penulis tidak sedang apatis terhadap adat istiadat – khususnya adat
istiadat Nias – akan tetapi, penulis mau menunjukkan bahwa, sebagai
orang Kristen yang telah menjadi percaya kepada Tuhan Yesus maka
identitasnya adalah sebagai anak Tuhan yang hidup seturut dengan
kehendak Tuhan dan memandang segala sesuatunya dari perspektif Tuhan.
Beberapa point penulis sampaikan sebagai kesimpulan akhir:
1.Setiap orang – masyarakat Nias – harus menghargai adat istiadat yang telah ada
2.Masyarakat Nias yang telah menjadi Kristen, seyogyanya menilai dan
mempraktikan adat istiadat dengan takut akan Tuhan dan memuliakan Tuhan
di dalamnya
3.Sebagai orang Kristen, maka kebenaran firman Tuhan harus di atas segalanya, termasuk adat istiadat
4.Adat istiadatlah yang seharusnya disesuaikan dengan standart Alkitab,
bukan Alkitab yang disesuaikan dengan standart adat istiadat. Artinya:
a.Alkitab dipandang dan diposisiskan lebih tinggi dari adat istiadat
b.Kebenaran adat disaring dengan kebenaran Alkitab; jika adat itu tidak
bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan, silakan dikembangkan,
dilestarikan dan dipraktikan, akan tetapi jika adat itu bertetangan
dengan kebenaran firman Tuhan, maka sebagai orang Kristen seyogyanya
menjauhkan adat itu.
c.Adat dipandang lebih rendah dari kebenaan firman Tuhan
Kiranya dalam hidup masyarakat Nias khususnya dan masyrakat pada
umumnya yang telah menjadi percaya kepada Tuhan Yesus, hendaklah
memiliki identitas diri di dalam Yesus Kristus, dan hendaklah
menempatkan Kristus dan firman-Nya di atas segalanya, dan hendaklah
memandang, mempraktikan, melestarikan, mengembangkan dan menghargai
segala sesuatunya, termasuk adat istiadat dari perspektif Kristus.
Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya kepada Tuhan di dalam Kristus Yesus. Amin
Biografi:
Andreas Hasanema Giawa (akrab dipanggail Andre, Giawa dan Hasan), lahir
di Desa Lölömoyo, kecamatan Amandraya, kabupaten Nias Selatan.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Duta
Panisal – Jember, 2008. Saat ini sedang menyelesaikan program
pascasarjana teologi di Sekolah Tinggi Teologi Adhi Wacana – Surabaya.
Melayani penuh waktu sebagai guru di Joyful Kids (sekolah non formal
untuk pembentukan karakter dan emosi anak). Dan juga melayani sebagai
guru sekolah minggu di Gereja Reformed Injili Indonesia – Surabaya.
Home »
sejarah ktistus
» Kajian Adat Istiadat dalam Perspektif Iman Kristen
Kajian Adat Istiadat dalam Perspektif Iman Kristen
Posted by Unknown
Posted on 03:39
with 1 comment
Etikette:
sejarah ktistus
Casino of Vegas Resort - Mapyro
AntwoordVee uitFind Casino of Vegas 포항 출장안마 Resort, Las 양주 출장안마 Vegas (NV) on Mapyro, the world's largest independent online Mapyro 경상북도 출장샵 of Las Vegas Resort, Las 김제 출장샵 Vegas 김해 출장안마 (NV).